archive

Jumat, 05 Februari 2016

Tidak semua obat dapat diminum sesudah makan, kenali konsumsi obat sebelum atau sesudah makan?


Kebiasaan minum obat yang dikenal masyarakat kita adalah sebelum minum obat sebaiknya perut diisi terlebih dahulu walau hanya sedikit. Alasannya, biar ada tenaga.

Kebiasaan yang sepertinya sudah dianggap sebagai kebenaran ini sesungguhnya tidak tepat Tidak semua jenis obat diminum setelah/sesudah  makan, bahkan beberapa jenis obat justru harus diminum pada waktu perut kosong atau sebelum makan.

Kita perlu mengetahui kapan saat yang tepat untuk minum obat. Secara umum, obat berdasarkan kerjanya dibagi atas  obat lokal dan obat sistemik

Obat lokal contohnya   antasid yang kerjanya menetralkan asam lambung di lambung, atau obat cacing yang kerjanya di usus.

Obat jenis ini tidak mengalami proses penyerapan (absorpsi) sehingga tidak sampai di darah.

Sementara obat sistemik, harus sampai di darah dalam jumlah yang cukup sehingga proses absorpsi merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas efek yang dihasilkan.


Cara obat diserap tubuh
Begitu obat kita minum, maka obat akan memulai perjalanan panjangnya dalam tubuh dalam beberapa kondisi.

Jika bentuk sediaan/atau bentuk obat yang diminum berupa sediaan padat seperti tablet maka dia akan hancur lebih dahulu kemudian baru melepaskan zat aktif dalam bentuk partikel halus.

Partikel halus ini akan melarut dengan cairan tubuh,  di lambung atau di usus, tergantung dari sifat fisikokimia obat, dan seterusnya akan diabsorpsi sehingga sampai di darah.

Jika obat yang diminum dalam bentuk cair yang terlarut seperti sirup, maka obat langsung mengalami proses absorpsi. Umumnya obat diabsorpsi di usus halus karena permukaannya sangat luas. Hanya sebagian kecil obat yang diabsorpsi di lambung.


Interaksi makanan dengan obat
Cepat atau lambatnya proses absorpsi banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor adanya makanan.

Adanya makanan dapat menimbulkan interaksi dengan obat. Akibat interaksi ini adalah:
  ☆ ada obat-obat yang absorpsinya terganggu dengan adanya makanan,
☆ ada yang terbantu dengan adanya makanan,
☆ ada yang tidak terpengaruh oleh ada atau tidak adanya makanan.


Keadaan seperti inilah yang menjadi sebab kenapa obat harus diminum sebelum makan atau malah diminum setelah makan.


Berapa jam sebelum dan sesudah makan
 Pertanyaan selanjutnya, kapan yang disebut “sebelum makan” atau “sesudah makan” itu?

Sebelum makan adalah: ketika perut dalam keadaan kosong yaitu 2 jam setelah makan terakhir sampai 1 jam menjelang makan berikutnya.

Contoh obat yang dikonsumsi sebelum makan:   gol obat lambung, obat anti mual, antibiotika eritromisin dan amoksisilin, dan analgetika parasetamol. Obat-obat ini akan diabsorpsi lebih baik jika tidak ada makanan, sehingga lebih baik jika diminum sebelum makan.

Sesudah makan adalah: sesaat sesudah makan, ketika perut masih berisi makanan, jangan lewat dari 2 jam.

Kalau lebih dari dua jam setelah makan, makanan sudah diolah dan diserap, sehingga kondisinya bisa disamakan dengan sebelum makan.

Contoh obat yang dikonsumsi setelah makan:   obat antiepilepsi fenitoin, atau obat antihipertensi propanolol misalnya, akan terbantu absorpsinya dengan adanya makanan, sehingga sebaiknya diminum sesudah makan.


Interaksi obat dengan kandungan tertentu dalam makanan, obat lain, suplemen
Selain interaksi dengan makanan secara umum, obat tertentu dapat berinteraksi secara khusus dengan senyawa tertentu dari makanan.

Contoh terkenal adalah antibiotika  Tetrasiklin. Tetrasiklin dapat berikatan dengan senyawa kalsium, dan membentuk senyawa yang tidak dapat diserap oleh tubuh, sehingga mengurangi efek tetrasiklin.

Jadi jika tetrasiklin diminum bersama susu, atau suplemen vitamin-mineral yang mengandung kalsium, efek tetrasiklin bisa berkurang.

Selain tetrasiklin, ada juga antibiotika golongan kuinolon, seperti  siprofloksasin, ofloksasin, yang juga bisa mengikat logam-logam bervalensi dua atau tiga, seperti kalsium, magnesium, dan aluminium.

Karena itu, sebaiknya tidak minum obat ini bersama-sama dengan obat-obat yang mengandung logam-logam tersebut, misalnya  obat maag seperti  antasid yang mengandung logam magnesium dan aluminium.

Jika terpaksa harus menggunakan obat maag (antasid) bersamaan dengan antibiotika tetrasiklin atau golongan kuinolon, sebaiknya diberi selang waktu sedikitnya 2 jam.

Selain interaksinya dengan makanan, sifat suatu obat juga menentukan kapan sebaiknya obat diminum.

Beberapa obat tertentu dapat mengiritasi mukosa lambung sehingga dapat menyebabkan luka pada lambung, atau malah memperparah tukak lambung itu sendiri (sakit maag).

Contoh terkenal obat yang termasuk golongan ini adalah  asetosal, kortikosteroid (seperti deksametason dan hidrokortison) dan obat-obat antiradang seperti diklofenak, piroksikam, dan lain-lain yang sering digunakan untuk obat rematik.

Obat-obat ini harus diminum sesudah makan.


Sumber : Syofyan, S.Si., M.Farm, Apt. Fakultas Farmasi Universitas Andalas

0 komentar:

Posting Komentar